TELAGA
TELAGA
Pertemuan
mengantarkan dilema
Sejenak malam itu menggugurkan hasrat Benteng kokoh pun seketika luluh lantak
Senyuman yang menggetarkan jiwa
Sejenak malam itu menggugurkan hasrat Benteng kokoh pun seketika luluh lantak
Senyuman yang menggetarkan jiwa
Pintu paling lemah pun telah terbuka
Tatapan rentina itu sungguh buat tergoda
Untaian kata tak dapat menjelaskan situasi ini
Sampan yang berkelana kini beristirahat di pinggir telaga
Menikmati anugerah di depan mata
Bayangan sesosok Makhluk Tuhan itu ada dimana – mana
Di cermin, Di Jalan, Di pohon, Dimanapun ia hendak muncul
Antara takut dan bahagia sulit ditemukan batasnya
Imajinasi kian berkeliaran
Tanpa sadar bahwa duka bisa datang kapan saja
Keesokan hari hujan berteduh di mata
Realita menampar hati yang bersuka ria
Makhluk Tuhan itu hanya sekadarnya saja
Ia berkata : “ Aku menganggapmu sama seperti yang lainnya tidak ada yang spesial “
Busur kalimat tersebut tepat sasaran
Menghunuskan pada jiwa yang sedang terpanah
Malam itu dan malam ini tiada beda
Meski duka mengoyakkan hati
Sampan tetap tidak
beranjak dari telaga
Biarlah dulu Tuan sampan ingin berjalan – jalan disana
Hingga ia lupa bahwa akan tersesat pada bahagia yang gagal diciptakan
Biarlah dulu Tuan sampan ingin berjalan – jalan disana
Hingga ia lupa bahwa akan tersesat pada bahagia yang gagal diciptakan
Jambi, 30 November 2017
Comments
Post a Comment