Ia
I
Ia lahir dari keinginan. Melalui masa kanak – kanak,
bersama Ayah yang merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Ia tumbuh amat pesat. Kehadirannya bagai terang dalam
temaram,
bagai jalan baru untuk hasrat yang membiru.
Ia dewasa dalam sekejap. Menyihir siapa saja yang haus akan
mimpi masa depan,
dengan cara mengobati luka – luka yang menganga.
Tapi, seketika semua ingin meninggalkannya. Ia sudah sangat
renta. Mana cocok di era serba manja, lalu lahirlah Ia – Ia yang baru. Tumbuh
dengan Ayah yang berbeda – beda.
II
Ia berwajah baru. Ada yang Terang, Abu – Abu, Bebas, Keras,
Lembut, dan Gelap gulita. Semua sama saja. Hasil harapan - harapan, Hamba
sahaya.
Ia adalah Ia. Sebagaimana pun rupanya. Jika Ayahnya baik,
maka baiklah Ia. Begitupun sebaliknya.
“ Ayah, apapun Ia. Tidak akan merombak seutuhnya. Kalau Ayah
bengis, ya bengislah Ia.
Ayah, Ia tidak salah! kau harus mengakui, Ayah. Ketidakberdayaanmu
menjadi Kepala Rumah Tangga yang penuh durjana di singgasana. “
Jambi, 15 Juli 2018
Comments
Post a Comment