Imajinasi

Baiklah akan aku ceritakan tentang isi kepalaku yang kerap tak mampu dikendalikan. Datang membawa kabar, bercengkrama sembari mengikis kulit kegundahan. Dimulai matahari menunjukkan pesonanya. Langkah-langkah mengembara; terarah pada tujuan sekilas tampak ilusi semata. Perihal aku yang mengunjungi Pantai Tangsi untuk melihat kemolekan pasirnya berwarna merah muda. Berbeda pula kala kapal pesiar di pukul delapan pagi menuntunku takjub akan Laut Mediterania dan Laut Atlantik di Selat Giblatar yang berdampingan tanpa mencela satu sama lain. Ia mengajarkan bahwa perbedaan mampu didekatkan meski tak selalu tentang menyatu. Kemudian, mengarungi samudera yang mempertemukanku dengan Kapal Legendaris Titanic yang menampilkan romansa tragis antara Jack Dawson dan Rose DeWitt Bukater berawal dari peristiwa salah sangka. Pandangan pertama berperan dalam kisah ini, namun takdir mereka tidak untuk bersama. Lalu, aku meninggalkan dermaga di pukul sepuluh pagi, melanjutkan perjalanan menuju British Library. Ada yang bilang aku akan banyak menemukan buku terbaik disana. Tapi, apakah tersedia buku tentang mengubah nasib malang yang berhamburan di halaman kehidupan seseorang? . Perpustakaan itu memang menyimpan banyak manuskrip tua bahkan buku cetakan pertama Leonardo Da Vinci. Ah, setelah ini aku mengepakkan sayap untuk men-tadabur diri ketika menginjakkan kaki di Masjid Selimiye-Edirne. Menjadi saksi megah peninggalan Sultan Selim II. Terhenyak dengan kenikmatan yang disungguhkan dunia tidak ada artinya bagi yang mencari jati diri. Arah mata angin kini mengacu pada perjalanan melintasi Jembatan Si-o-sepol – Isfahan yang memiliki lengkungan pada dindingnya sebanyak 33 buah. Setiap goresan tangan yang berasal dari pengorbanan tukang atas titah yang berkuasa. Dan di siang hari aku menatap lama Istana Alhambra – Granada, sebuah benteng yang dibangun oleh Kekhalifahan bani Ummayyah. Kisah–kisah beserta tempat bersejarah mampu terjamah, serta di penghujung hari menanti aku menikmati ketenangan dan kasih sayang dari Sungai Nil, Nil ialah teman setia bagi Ratu Yesiyis kala Raja Ra disibukkan oleh urusan kerajaan yang lamban laut menelannya dalam kebinasaan, itulah Fir’aun. Lalu, apakah arti malam yang kini segera aku lewati ? Hanya perjalanan; berupa tanya dan jawab. Kerapkali beriringan kala gelisah dan bahagia. Dalam sehari aku melawati jalanan yang tertulis dari sejarah yang terukir. Dalam imaji; dunia bisa dikelilingi. Namun, apakah arti semuanya ? Dunia hanya persinggahan tentang apa yang ingin terkenang. Ah, malam ini setidaknya aku harus lebih cepat, agar esok hari kembali menelusuri jalan yang membawa pembelajaran. Entah itu pertemuan atau perpisahan. Bahkan, teman perjalanan; tulisan.

Comments

Post a Comment

Popular Posts