Sejenak

 Hampir saja satu buah buku aku lumat sembari menanti kabar. Berupa ketenangan, nyatanya kebingungan. 


Siapapun yang begitu Teguh pada masa-masa sulit ialah guru untuk meminta nasihat. Barangkali, aku lupa menyapu halaman hati yg belum utuh untuk rumah baru. 


Tetangga sebelah menawarkan madu, tapi terlihat seperti basa-basi lalu saja. Arah manakah yang hendak aku jalanin? Tolong beri aku petunjuk. 

Apakah aku seseorang yang pantas diingat atau hanya sebuah buku yang dibutuhkan saat ingin saja. 


Ada sebuah cangkah dalam relung terdalam. Tak mungkin aku isi hanya dengan air mata yang mengalir tak sudah-sudah. 

Sesepi ini; aku masih menjadi pengelana tak tentu arah, Kekasih. 

Comments

Popular Posts