Di suatu masa


Di suatu masa.
Menginjak ke-seribu hari,
dengan tenang tangan itu akan menggenggamku.
Tersenyum, dengan sangat merekah.
Memancarkan cahaya surga yang diidamkan.

Di suatu masa.
Mendengarkan celotehanmu,
sesekali akan memusingkan kepala sekaligus menenangkan jiwa.
Terkantuk-kantuk,
dalam dekap sambil menatap mata yang membuat siapa saja terpesona.

Di suatu masa.
Bahu itu menjadi tempat sandaran hangatku,
dengan mendengarkan kicau nasehatmu di sela-sela penghujung waktu.
Nada suara yang tenang,
dengan wajahmu yang basah oleh wudhu membuatku percaya bahwa Tuhan mengizinkanku merasakan Kasih-Nya dari mu.

Di suatu masa.
Amarahmu adalah sebuah petaka bagiku,
dengan segala cara kuusahakan tuk merendamkan kegelisahan di hatimu.
Mengelus-elus dada tegapmu, lalu melebarkan senyum terbaikku untukmu,
agar dirimu tau bahwa semua dapat dilalui melalui iman di dasar hatimu.

Di suatu masa.
Mendekati hari akhir,
dengan perasaan yang senantiasa untukmu.
Kesadaran muncul
tentang ke-tidak-pandaianku memahamimu,
tapi semua terlambat.
Waktu tak akan pernah memihak.
Panggilanku lebih cepat darimu,
dengan begitu aku meninggalkanmu tanpa bisa menjadi yang paling memahamimu.

Di suatu masa.
Aku ingin kita kembali berjumpa di tengah kota impian,
dengan temu yang tak akan pernah sudah.
Di tempat itu, aku akan kembali belajar memahamimu.

Di suatu masa.
Semoga.
Tuhan mengabulkan permohonan Doa-doa di setiap sujudku.
Untuk kebaikanmu,
meski aku selalu payah menjadi perempuanmu yang memandangku penuh Cinta dan Kasih yang maha dahsyat.


Kenali, 17 juli 2018

Comments

Popular Posts